GENERASI MILlENIAL YANG KRISIS IDENTITAS



Sumber: desain kreatif Santi


Beberapa orang bahkan kebanyakan pasti pernah merasakan bingung ketika sudah menyelesaikan studinya, entah itu sekolah atau kuliah. Biasanya pertanyaan yang sering muncul adalah "Mau ngapain setelah lulus?" atau "Lanjut kuliah, kerja atau nikah?" "Temen sudah begitu, saya kok masih begini?". Pastinya pertanyaan itu cukup sulit untuk dijawab karena sebagian orang hanya berfokus pada masa sekarang atau masa lalu, bukan masa depan.

Nah, dari contoh kasus itu, bisa jadi seseorang sedang merasakan yang namanya Quarter Life Crisis, dimana seseorang merasakan takut atas kelanjutan hidup di masa depan, yang di dalamnya terdapat urusan karir, relasi dan kehidupan sosial (Fischer,2008). Biasanya perasaan-perasaan itu muncul pada seseorang yang berusia 20-29 tahun. Hal ini terjadi karena proses perkembangan manusia atau masa transisi dari masa remaja ke masa dewasa awal atau bisa disebut Emerging Adulthood (Arnett, 2004, Black, 2010). 

Berdasarkan riset terbaru yang dilakukan oleh First Direct Bank ada sekitar 56% orang mengalami quarter life crisis. Penelitian itu dilakukan pada 2.000 responden millenial di Inggris. 

Adapun berbagai macam pertanyaan yang timbul ketika seseorang mengalami quarter life crisis seperti yang dijelaskan oleh Nash dan Murray (2010), yaitu:

1. Mimpi dan harapan. Sebagian orang akan mempertanyakan apa yang menjadi minatnya, bagaimana kalau di usia tertentu target yang sudah ditentukan tidak tercapai dan cara mengubah atau mengatur ulang sebuah harapan.

2. Tantangan di bidang Akademis. Biasanya seseorang akan berfikir soal apa yang akan dilakukan setelah menyelesaikan studi dan bagaimana caranya merelevansikan antara pendidikannya dengan pekerjaannya.

3. Agama dan spiritualitas. Ternyata seseorang ketika dihadapkan pada masa quarter life crisis juga akan mempertanyakan apakah pilihan agamanya sudah tepat atau belum. 

4. Kehidupan pekerjaan dan karir. Seseorang akan terperangkap dalam pertanyaan antara ingin bekerja sesuai minat atau bekerja untuk kebutuhan finansial.

5. Teman, Percintaan, Relasi dan Keluarga. Hubungan dengan keluarga biasanya seputar apakah harus menetap atau pindah ke luar kota dan hidup mandiri. Sementara untuk pertemanan, seseorang akan bertanya bagaimana cara mendapatkan teman sejati sekaligus figur yang bisa dipercaya dan diandalkan. Untuk percintaan, akan timbul pertanyaan pada diri seseorang, apakah sipasangan adalah orang yang tepat.

6. Identitas Diri. Seseorang mempertanyakan esensi dari masa dewasa sebagai masa yang memberikan rasa antusias, tapi disisi lain juga merasakan perasaan terancam, seperti perhatian khusus pada penampilan, pembawaan diri sampai emosi yang ditampilkan pada lingkungan sekitarnya. Pada proses pertanyaan identitas diri, pilihan politik dan orientasi seksual juga terpengaruh.

Menurut Robinson (2015), ada 5 (lima) fase yang dilalui individu dalam masa quarter life crisis, diantaranya:

1. Fase pertama, adanya perasaan terjebak dalam berbagai macam pilihan serta tidak mampu memutuskan apa yang harus dijalani dalam hidup.

2. Fase kedua, ada dorongan kuat untuk mengubah situasi.

3. Fase ketiga, melakukan tindakan yang sifatnya sangat krusial, misalnya keluar dari pekerjaan atau memulai pengalaman baru.

4. Fase keempat, membangun pondasi baru yang mana seseorang bisa mengendalikan arah tujuan kehidupannya.

5. Fase kelima, membangun kehidupan baru yang lebih fokus pada hal-hal yang memang menjadi minat dan sesuai dengan nilai yang dianut oleh seseorang itu.

Untuk mengatasi permasalahan di masa quarter life crisis bisa menggunakan terapi Solution Focused. Jadi seseorang dituntut untuk berfokus pada masa sekarang dan masa depan. Lebih kepada perubahan pola berfikir.

Selain itu, sebaiknya fokus pada kelebihan - kelebihan yang ada pada diri sendiri dan lakukan evaluasi untuk mencari solusi supaya keberlangsungan masa sekarang dan masa depan tidak terganggu. Yang paling penting, fokus pada diri sendiri. Jangan terlalu sering membandingkan pencapaian diri sendiri dengan seseorang karena hal itu justru akan memunculkan rasa kurang percaya diri. Kemudian mencari kesibukan yang positif dan jangan lupa lakukan hobi yang disuka serta olahraga supaya fikiran-fikiran toxic bisa ikut keluar.

Beberapa pola berfikir yang perlu diterapkan berdasarkan prinsip Shazer dan Dolan (2007) untuk mengatasi quarter life crisis yaitu:
1. "Kalau tidak rusak, jangan diperbaiki".
2. "Kalau berhasil, maka lakukan lebih banyak lagi."
3. "Kalau tidak berhasil, lakukanlah hal yang berbeda".

Dari semua pemaparan di atas, yang paling penting adalah bersyukur. Perlu diketahui juga bahwa proses seseorang itu berbeda jadi pastinya hasilnya juga berbeda.

Selamat memulai hidup baru. Hidup ini sederhana, kamu saja yang membuat rumit.

Ini Saja(k) 
Perihal rasa dalam kata

Sumber:
1. Tesis - Terapi dengan pendekatan solution - focused pada individu yang mengalami quarterlife crisis, Agustin Inayah, 2012
2. buletin.k-pin.org
3. m.brilio.net
4. Berbagai diskusi

Komentar

  1. Masyaallah Bagus, mungkin next artikel bisa mix referensi Anatar kajian ilmiah dgn keilmuan khazanah Islam pasti lebih mantab, overall kece.terus berkarya terus membaca

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siappp, makasih banyak atas saran dan masukannya

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

DUNIA BROADCASTING DAN PERJALANAN MEMULAI KARYA

MENEMUKAN DIRI | IKIGAI DAN ANALISIS SWOT

ABOUT ME