Makna Kebebasan


Seringkali kita mendengar kata kebebasan. Tapi sebenarnya apa makna kebebasan itu sendiri? Benarkah bebas ini berarti free yang berasal dari kata Freedom? 


Kalau manusia harus benar-benar bebas dalam artian free tidak ada apapun yang bersifat mengikat. Lantas apa bedanya dengan binantang? 


"Kebebasan adalah suatu konsep bahwa manusia harus bisa menentukan sendiri pilihannya tanpa ada suatu paksaan atau intervensi dari pihak manapun."


Seorang Filsuf Politik - Isaiah Berlin mengatakan kalau kebebasan memiliki 2 konsep yaitu kebebasan positif dan kebebasan negatif. 


Kebebasan positif adalah bebas untuk, yang berarti manusia pada dasarnya bisa dan harus mengaktualisasikan potensi-potensi yang ada pada dirinya. Untuk itu, manusia bisa memilih tujuan yang ingin dicapai di dalam hidupnya, serta memperoleh sarana-sarana yang dapat mendukung bagi tercapainya tujuan hidup tersebut.


Sedangkan kebebasan negatif adalah bebas dari, yang bermaksud bahwa konsep kebebasan yang menekankan pentingnya untuk “tidak dipaksa.”


Jadi kesimpulannya, kebebasan adalah suatu konsep bahwa manusia harus bisa menentukan sendiri pilihannya tanpa ada suatu paksaan atau intervensi dari pihak manapun. 


Disini mengandung makna bahwa bebas tidak berarti bebas sebebas-bebasnya tanpa aturan. Tetapi ada sebuah tanggung jawab. 


Tanggung jawab atas pilihan yang diambilnya. Tanggung jawab terhadap apa yang menjadi keputusannya. Karena manusia 'bebas memilih tapi resiko ditanggung penumpang.' 


"Bebas adalah tanggungjawab"


Mengapa demikian? 


Karena manusia juga merupakan mahkluk sosial yang tergabung dalam sebuah society yang pastinya memiliki aturan. Aturannya juga beragam dan termaktub dalam bentuk hukum, agama dan budaya. Supaya apa? 


Allah menciptakan manusia dengan tujuan manusia sebagai hamba Allah ('Abdullah) dan sebagai Khalifah Allah. 


Hamba Allah ('Abdullah) merupakan reali­sasi dari mengemban amanah dalam arti memelihara beban/tugas-tugas kewajiban dari Allah yang harus dipatuhi. 


Sedangkan Khalifah Allah merupakan realisasi dari mengemban amanah dalam arti memelihara, memanfaatkan, atau mengoptimalkan penggunaan segala anggota badan, alat-alat potensial (termasuk indera, akal dan qalbu) atau potensi-potensi dasar manusia, guna menegakkan keadilan, kemakmuran dan kebahagiaan hidup.


Mari kita bedah apa hubungannya penciptaan manusia dan kebebasan? Mari kita tarik nafas dalam terlebih dahulu. Tahan selama 3 detik. Lepaskan perlahan.


Jadi, pada dasarnya manusia terdiri atas dua substansi, yaitu jasad atau materi dan roh atau immateri. Jasad manusia berasal dari alam materi (saripati yang berasal dari tanah), sehingga eksistensinya mesti tunduk kepada aturan-aturan atau hukum Allah yang berlaku di alam materi (Sunna­tullah). 


Sedangkan roh-roh manusia, sejak berada di alam arwah sudah mengambil kesaksian di hadapan Tuhannya, bahwa mereka mengakui Allah sebagai Tuhannya dan bersedia tunduk dan patuh kepadaNya (Q.S. al-A’raf: 172). 


Karena itulah, kalau manusia mau konsisten terhadap eksistensi dirinya atau naturnya yaitu taat, patuh dan tunduk kepada Allah SWT maka salah satu tugas hidup yang harus dilaksana­kannya adalah ’Abdullah yang berarti hamba Allah yang senantiasa tunduk dan patuh kepada aturan dan KehendakNya serta hanya mengabdi kepadaNya.


Hanya saja diri manusia juga telah dianugerahi kemam­puan dasar untuk memilih atau mempunyai “kebebasan” (Q.S. al-Syams: 7-10), sehingga walaupun roh Ilahi yang melekat pada tubuh material manusia telah melakukan perjanjian dengan Tuhannya untuk bersedia tunduk dan taat kepadaNya, tetapi ketundukannya kepada Tuhan tidaklah terjadi secara otomatis dan pasti seperti robot, melainkan karena pilihan dan keputusannya sendiri. 


Manusia juga dalam perkembangannya dari waktu ke waktu suka melupakan perjan­jian tersebut, sehingga pilihannya ada yang mengarah kepada pilihan baiknya (jalan ketaqwaan) dan ada pula yang mengarah kepada pilihan buruknya (jalan kefasikan). 


Karena itu, Allah selalu mengingatkan kepada manusia lewat perantara para Nabi atau Rasul-rasulNya sampai dengan Nabi Muhammad SAW sebagai nabi/rasul terakhir, agar manusia senantiasa tetap berada pada naturnya sendiri. Setelah rasulullah SAW wafat, maka tugas memperingatkan manusia itu diteruskan oleh para shahabat dan para pengikut Nabi SAW (dulu sampai sekarang) yang setia terhadap ajaran-ajaran Allah dan rasulNya, termasuk di dalamnya adalah para pendidik muslim.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DUNIA BROADCASTING DAN PERJALANAN MEMULAI KARYA

GENERASI MILlENIAL YANG KRISIS IDENTITAS

ALASAN KARYAWAN RESIGN